sumber: Chai's Play app |
Membaca hati anak kita dengan
tahapan berikut:
Pertama,
kenali perasaan anak
Membina emosi anak gak bisa dilakukan kapan aja. Kita gak bisa ambil
kesimpulan bahwa ‘anak kita saat ini sedang senang’ padahal waktu itu anak
sedang tidak menunjukkan perasaan apa pun.
Pembinaan yang sebenernya itu adalah ketika kita bener-bener bisa
menangkap perasaan anak kita lagi bagaimana.
Menebak perasaan anak juga gak mudah, dan jangan ditebak-tebak juga. Tapi
kalo kita cuek aja sama perasaan anak kita, dia akan terluka.
Contohnya nih, ketika anak kita baru aja punya adik, dan dia kelihatan
sedih, dan kita tidak tahu perasaannya, gak kepikiran kalo anak kita lagi butuh perhatian.
Yang penting, kita harus memastikan apakah kita terlalu cuek sehingga
tidak tau kalau perasaannya sedih sedih atau cemas, dan sebagainya.
Kedua,
manfaatkan momen emosional sebagai
kesempatan yang baik.
Memang ya, kesempatan yang paling jelas untuk melihat bagaimana
perasaan anak adalah ketika dia sedang marah atau menangis, yang selalu
diekspresikan anak secara berlebihan.
Kita tau, pada saat seperti itu sebenernya dia sedang ingin
dimengerti.
Ambil kesempatan tersebut untuk mempererat hubungan, dengan bertanya
apa dan bagaiamana perasaannya saat ini, apa hal yang membuatnya mempunyai
perasaan seperti itu, dengarkan keluhannya (ya parents, terkadang susah sekali,
nangis terus, awak pun ikutan emosi).
Ketiga,
mendengarkan perasaan anak dan empati terhadap perasaannya itu.
Kita dengarkan ‘curhatan’nya, katakan bahwa kita mengerti perasaannya
dan turut sedih karena ia mengalami hal yang membuat ia marah atau pun sedih.
Tapi jangan bilang bahwa ‘walaupun kamu gak bilang apa-apa, mama
mengerti perasaan kamu’.
Jangan bilang gitu ya mak. Itu bukan sikap yang bijak. Anaknya jadinya
gak curhat dunk. Padahal penting kalau dia mengeluarkan isi hatinya secara
detail.
Keempat,
membantu anak untuk mengekspresikan perasaannya.
Awalnya, anak kita akan sulit untuk mengungkapkan perasaannya dengan
jelas. Nah, tugas kita lah untuk membantunya menggabungkan situasi dengan
perasaan yang diceritakannya. Dengan mendengarkan perkataan kita, anak bisa
melihat sisi objektif dan mulai memahami ekspresi bahasa untuk menunjukkan
perasaannya.
Apabila anak sudah mampu mengekspresikan perasaannya secara verbal, ia
akan menemukan cara untuk mengatasi perasaannya dengan mudah.
Kelima,
biarkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri.
Pada pembinaan terakhir ini, kita bisa mulai mengarahkan anak agar
dapat memecahkan masalahnya sendiri.
Bantulah anak agar untuk menyadari bahwa masalah bukan ada pada ‘perasaan’,
tetapi pada ‘situasi yang salah’.
Saat itu juga anak harus dapat mengeksresikan sendiri apa sebenernya
yang dia inginkan.
Jika kita sudah mengetahui apa yang anak kita inginkan, maka kita bisa
mengetahui cara penyelesaian masalahnya.
Biarkan anak kita mencoba menyelesaikan masalahnya sendiri.
Apabila anak menyelesaikan masalahnya dengan kurang efektif efektif,
jangan buru-buru dikritisi ya parents, atau langsung ngajarin cara yang bener.
Karena walaupun cara yang dia gunakan untuk menyelesaikan masalah
bukan cara yang tepat, anak akan belajar untuk menganalisa sendiri
kekurangannya.
Kikira begitulah pembahasan hari ini.
Semoga bermanfaat.
Salam
Sumber: Chai's Play App
Bener banget Mba. Pengenalan emosi ini harus dikenalkan pada anak sejak dini. Karena bagaimana anak akan belajar mengungkapka emosinya dengan baik kalau tidak diajarkan dari kecil dan bagaimana juga anak bisa belajar menangkap emosi orang lain, kalau emosinya juga sering diabaikan. Dan pengendalian emosi juga perlu kita ajarkan juga pada diri kita sendiri biar anak kita ga niru cara pengungkapan emosi yang ga baik ya
BalasHapusPengenalan emosi kepada anak utk aku pribadi adl hal yg susah mba. Perlu banyak cara..namin sebagai ortu wajib utk membantu anak mengelola emosinya ya.
BalasHapusSaya belajar banyak sabar dari mengasuh anak. Kadang kalo mereka tantrum, kita orang tuanya gak kalah hebat tantrumnya. Saya masih terus belajar membantu anak-anak saya mengekspresikan perasaannya tanpa kekerasan. Misalnya kalo dia marah, dia gak perlu lempar barang, gak perlu teriak, cukup bilang, "Aku marah!" Hehehe. Semangatttt mba.
BalasHapusSemangat ibu ibuuu. Karena tertarik dengan ilmu parenting, meski belum punya anak aku suK banget klo dapat bacaan topik begini. Tfs ya mbakk
BalasHapusmembina emosi anak, saat ini aku lagi dalam tahap mengarahkan mereka mencoba menagtasi permasalahan sendiri. Karena yang besar mau SMA tahun ini
BalasHapusKok ya beda ya aku seumur dia banyak yang sudah diatasi sendiri. Tapi anak sekarang kok belum ya..hiks
Kak Vi, awak pernah baca..
BalasHapusPerlakukanlah anak-anak sebagaimana kita ingin diperlakukan. Ini kadang yang bikin awak coba untuk mengerti mereka tanpa marah-marah. Memang sesekali masih kebablasan, remnya blong.. hehe
Yang paling terasa itu, saat anak pertama dapat adik baru ya, Mbak Vivi. Jadi dia kaget, karena selama ini seluruh perhatian tercurahkan pada dia, lalu tiba-tiba berbagi, dan lebih banyak perhatian ke adiknya.
BalasHapusDan untuk mengetahu perasaan anak, saya menerapkan pada krucil untuk bertanya langsung apa yang dia sedang rasakan atau alami saat itu.
Beneran deh jadi orangtua itu harus siap menyesuaikan diri dengan tahapan umur anak. Gaya ngomong juga harus disesuaikan dengan perkembangan zaman .sekarang anak aku sudah gede, udah jarang bicara atau cerita kayak waktu masih kecil dulu.karena sadar zamanya udah berubah aku menahan diri biar gak kepo introgasi anak soal kegiatanya .
BalasHapusNah bener ini, orang tua harus mendengarkan suara hati anaknya, memang harus begitu, karena kalau bukan sama keluarga, mereka kadang bingung gitu, mau minta solusi sama siapa
BalasHapusTerima kasih sudah membagikan tata kelola emosi anak, Mbak. Jadi ingat masa-masa itu dan akan bersiap saat anak memasuki usia batita dan lanjut sampai besar. Aaah... hidup kami mungkin akan seru dengan pelajaran tata kelola emosi untuk Giandra nanti....
BalasHapuscaranya ya harus diajak ngobrol
BalasHapusdirangsang sejak dini
ditanyain, dilatih untuk menjawab,
dilatih untuk bercerita
dilatih untuk mengontrol emosi juga
sering-sering bilang "gak papa... asalkan..."
Mengerti dan mengelola emosi anak tuh memang agak sulit ya moms. Yaa susah-susah gampang lah. Terkadang kita jarang bertanya karena merasa sudah cukup mengerti padahal belum. Hiks sedih akutu.... Btw makasih yaa Mom remindernya. Aku harus banyak berbincang dengan mereka karena akhir-akhir ini perhatianku tersita dengan kehadiran adik bayi baru
BalasHapusYang poin ke lima yang suka ga sabaran. Gemes pengen bantuin menyelesaikan..hihi...
BalasHapusIni jadi PeEr banget buatku saat menjadi orangtua nanti. Terlebih poin2 yg dineaskan ini begitu penting bagi saya utk membentuk karakter anak
BalasHapusPengenalan emosi pd anak2 ga gampang bgt. Krn tiap anak pasti beda2. Dan smp skrg aku pun msh belajar mengenal emosi ke 3 anakku...
BalasHapusThx utk info nya ya...
Anak anak itu sebenarnya cerdas dan bisa belajar dari pengalaman ya kak. Orang tua memang harus belajar untuk mengarahkan, memfasilitasi bukan hanya memberi perintah atau larangan.
BalasHapus