My Hijab is My Hijrah.
Assalammualaikum wr wb.
Halo, saya Vivi, ibu yang
punya tiga orang putra.
Alhamdulillah saya seorang Muslimah,
dan Alhamdulillah lagi, saya berhijab.
Saya mulai berhijab itu ketika
saya diterima bekerja di salah satu NGO di Banda Aceh yang banyak berdatangan
pasca tsunami tahun 2004.
Fyi nih, saya
berhijab bukan karena saya harus ke kota Banda Aceh, karena seperti yang kita ketahui,
Banda Aceh sendiri menerapkan Syariat Islam, dimana salah satu bentuk peraturan
yang berlaku adalah perempuan-perempuan muslimnya harus menutup aurat dengan
menggunakan hijab atau jilbab.
Tapi, dengan diterimanya saya
bekerja di Kota Banda Aceh ini, merupakan kemudahan jalan yang diberi Allah SWT
kepada saya agar dapat menggunakan hijab dikehidupan sehari-hari saya.
Tahun 2007, saya masih
terdaftar sebagai karyawan di salah satu hotel bintang empat di Kota Medan
sebagai reservasionist. Sebagai staf bagian reservasi, pekerjaan utama saya
adalah menerima reservasi kamar hotel via telepon.
Saya ingat, ketika itu saya
sudah ingin sekali menggunakan hijab. Saya pun minta izin pada asisten manager
saya agar diperbolehkan untuk berhijab.
Tapi apalah daya, peraturan hotel
menyatakan bahwa karyawan wanita walaupun beragama islam tidak diperbolehkan
untuk menggunakan jilbab.
Waktu itu saya kecewa, dan berniat
untuk mencoba mencari pekerjaan lain yang memperbolehkan karyawan perempuannya
menggunakan jilbab ketika bekerja. Saya pun apply sana sini.
Suatu ketika, saya bersama ibu
dan adik perempuan saya mengikuti acara dzikir di Masjid Agung Medan, salah
satu masjid besar di kota kami ini, mengadakan acara dzikir rutin sebulan
sekali.
Pada acara dzikir kali ini,
pihak penyelenggara mendatangkan Al Ustadz Yusuf Mansyur sebagai penceramahnya.
Sesuai spesialisasi Ustadz
Yusuf Mansyur, beliau pun memberikan ceramah mengenai sodaqoh. Keistimewaan-keistimewaan
sodaqoh. Salah satu yang membuat doa terkabul pun adalah amalan sodaqoh ini.
Diakhir acara Ustadz Yusuf
Mansyur mengajak kami para jamaahnya untuk bersodaqoh sebanyak-banyaknya. Beliau menggelar
sorbannya di depan mimbar, untuk tempat uang yang ingin disodaqohkan oleh para
jamaah.
Saya pun tak ingin
ketinggalan. Saya keluarkan semua uang yang saya bawa hari itu, dan mengumpulkannya
ke depan, doa saya di dalam hati adalah agar Allah memudahkan jalan saya untuk
berhijab.
Ibu saya agak heran juga, dan
bilang kenapa diberikan semua uang yang ada. Saya jawab kalau saya ikhlas, semoga
disalurkan kepada yang benar-benar membutuhkan, dan sambung dalam hati, semoga
Allah SWT mengabulkan keinginan saya, yaitu memudahkan jalan saya untuk
berhijab.
Berhari-hari setelah itu, dan saya sudah mulai lupa tentang doa sodaqoh saya di Masjid Agung waktu
itu, saya menerima telepon ketika saya sedang bekerja. Telepon itu dari salah
satu NGO (Non Government Organization) di Banda Aceh yang meminta saya untuk
interview besoknya, dan saya harus datang langsung ke Banda Aceh.
Wah saya, ya excited, ya panik
juga. Sangat mendadak. Dan saya belum pernah ke Banda Aceh sebelumnya, walaupun
adik saya saat itu sudah duluan bekerja di salah satu NGO juga di sana.
Setelah berdiskusi dengan ibu
dan adik-adik, saya pun cuti dari kantor dan berangkat ke Banda Aceh malam itu
dengan bis. Saya tidak bisa tidur semalaman, takut kelewatan haha padahal bis
itu akan berhenti di Banda Aceh, dan selalu sampai di kota itu pagi hari. Tapi karena
perasaan yang begitu campur aduk antara senang, takut dan panik, tidur jadi
tidak nyenyak. Padahal harus segar besok paginya kan, interview gitu loh…
Saya sampai di Banda Aceh sekitar
jam enam pagi, dijemput oleh adik laki-laki saya. Setelah membersihkan diri, sarapan,
kemudian adik saya mengantarkan saya ke NGO yang memanggil saya untuk
interview.
Dan yang senangnya itu, saya
menggunakan hijab untuk pergi interview hehehehehe
Interview berlangsung lebih
kurang setengah jam. Yang menginterview saya adalah coordinator dari NGO itu
sendiri, dan beliau orang asing.
Alhamdulillah, saya langsung
dinyatakan diterima dengan salary lebih besar tujuh kali lipat dari gaji saya di
Medan.
MasyaAllah, betapa saya merasa
disayang Allah SWT. Saya bekerja di perusahaan yang menggaji saya lebih banyak,
dan yang paling hebat adalah saya bekerja dengan hijab.
NIKMAT TUHANMU YANG MANAKAH YANG ENGKAU DUSTAKAN?
Alhamdulillah, saya bekerja di
NGO di Banda aceh ini sampai projek NGO kami itu berakhir. Koordinatornya
adalah bos dan guru terbaik yang pernah saya bekerjasama.
Hijabers of BlogSum Squad |
Setelah masa kerja saya di Banda
Aceh berakhir, saya pun pulang ke Medan.
Saya mencoba untuk menghubungi
asisten manager saya di hotel tempat saya bekerja dulu, yang ternyata beliau sudah
naik jabatan menjadi manager. Saya menanyakan apakah ada posisi yang bisa saya
isi di perusahaan itu.
Beliau bilang ada, tapi salarynya
masih sama seperti yang dulu. Saya bilang tidak apa-apa, rezeki Allah yang atur
hehe..
Tapi, saya harus melepas hijab
saya. Tanpa pikir panjang saya pun mundur dari permintaan saya untuk dapat
bekerja kembali di tempat kerja lama saya ini, dan minta maaf ke mantan manager
saya yang baik hati ini. Dan beliau memakluminya.
Saya pun apply lagi, lowongan
yang saya ditemukan di surat kabar terbitan hari itu.
Baru saja saya layangkan
emailnya, tidak sampai lima menit, saya ditelpon dan interview sebentar oleh
bapak yang akan menjadi the next boss saya ini.
Walaupun salarynya tidak
sebesar salary di NGO Banda Aceh, tapi itu lebih besar daripada di perusahaan yang
baru saja saya tinggalkan karena saya tidak diperkenankan berhijab ketika
bekerja.
Sekali lagi NIKMAT TUHANMU YANG MANAKAH YANG ENGKAU DUSTAKAN?
Sudahlah salarynya lebih
besar, jam kerja mulai pukul 8.30, sabtu-minggu saya libur lagi (kalau kerja di
hotel jam kerjanya shift, dan sabtu minggu belum tentu dapat libur, bahkan selalu
dapat shift pas lebaran).
Dan atasan saya kali ini pun luar biasa baiknya.
Kalau mengenang hal-hal seperti
yang saya ceritakan di atas, tak puas rasanya hanya dengan mengucapkan syukur,
dan malu kepada Sang Khalik karena hingga saat ini belum banyak amalan yang
dijalankan secara konsisten, tapi DIA tetap memudahkan jalan saya.
Demikian sekelumit perjalanan dan
pengalaman saya dalam memperjuangkan hijab saya.
Memang tidak se-ekstrim pengalaman-pengalaman
perempuan-perempuan kuat yang pernah saya baca.
Jalan saya jauh lebih mudah
dari mereka. Untuk itu saya sungguh bersyukur kepadaNya.
Terima kasih ya sudah berkenan
membaca.
Salam,
Vivi
LinRaNa Mom
#Ladiestory
MasyaAllah TabarokAllah.... sungguh Mak, perjuangan banget untuk tetep mempertahankan hijab yaaa
BalasHapusSemoga ALLAH senantiasa memberikan keberkahan untuk kita semua
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Masyaallah,
BalasHapusBener-bener ya Allah ganti niat baik itu,
Sedekah diganti dengan pekerjaan lebih baik dan boleh pake hijab pulak,
Semoga kita terus Istiqomah mempertahankan jilbab,.
Btw kaya kenal Poto wanita-wanita berjilbab salam 😂
eh iyakah...
Hapusyang mana...
sapa tau kita memang kenal
hihihihi
Masya Allah Mbak..cerita yang menginspirasi.
BalasHapusSaya fokus ke keutamaan sodaqoh. Memang ya balasannya di luar ilmu Matematika manusia.
Insya Allah jika kita memilih jalan-Nya akan dimudahkan dan dilancrakan
Alhamdulillah adem baca tulisan begini. Dan menginspirasi buat perempuan Muslim di luar sana yang belum berhijab agar segera berhijab dengan kesadarannya. Semoga sama2 istiqomah di jalanNya mba..
BalasHapusalhamdulillah, semoga bisa istiqomah ya bunda dan terus dapat menginspirasi sesama perempuan muslim lainnya.
BalasHapusBarakallah ya kak sudah melewati perjalanan spiritual dengan berhijab, semoga istiqamah dan selalu dekat Allah
BalasHapusMasya Allah aku terharu membaca nya . Aku pun juga begitu lebih memilih berhenti bekerja di sebuah restoran karna ingin memakai hijab. Sempat di tawarkan oleh manager kenapa gak lepas pasang saja hijab nya . Di luar pakai hijab tapi pas sampai kantor dan bekerja hijab nya di lepas . Saya tidak bisa seperti itu hati bergejolak rasa nya
BalasHapusSetiap orag, pasti menemukan proses jalan hidupnya sendiri ya, Mbak Vivi. Hidayah sudah datang. jadi walau ada tawaran pekerjaan bagus, tapi harus lepas hijab, lewatkan saja. Dan rezeki Allah lainnya akan segera datang.
BalasHapusJd ingat quote, "When one door closes, another opens" semangat yaa
BalasHapusMasyaAllah.. Selama kita niatkan karena Allah, maka Allah akan membukakan jalan rejeki lain untuk kita ya kak.
BalasHapusAlhamdulilah menjadi barokah berkat sabar dan percaya .Semoga bisa jadi inspirasi dan motivasi buat yang membaca artikel ini
BalasHapusKisahnya menginspirasi sekali, mbak. Keteguhan kita dalam istiqomah mengikuti ajaran agama akan berbuah manis pada kehidupan.kita di dunia dan akhirat. Insyaa Allah
BalasHapustapi sangat menyayangkan ada yang masih beranggapan bahwa berhijab itu adalah langkah kesekian setelah hatinya berhijab. Padahal tidak ada indikator hatinya berhijab seperti bagaimana
BalasHapusAlhamdulillah yaa mbak. Masya Allah sekali..saya terharu baca ceritanya. Kalau saya pribadi, pertama kali berhijab itu saat kelas 1 apa 2 SMA ya, lupa..
BalasHapusTapi sekarang pengen konsisten bisa selalu pakai kaos kaki juga sih. Malu juga pakai jilbab, tapi kadang kaki masih terlihat setiap kali sandalan doang kemana mana.
MasyaAllah, Perjuangannya berhijab sangat inspiratif mbk. Saya pun sedang berhijrah pelan2 nih. Mau konsisten menutup semua ini. Tapi entah, masih belum maksimal. Hihi
BalasHapussalam kenal bun.. hehe. Alhamdulillah dah baca.
BalasHapusBagus pengalamannya menginspirasi. Dan memotivasi.