Assalammualaikum wr wb,
Teman-teman apa kabar?
Sudah vaksin kah?
Saya sudah..
Padahal saya awalnya tidak berniat untuk vaksin.
Kenapa?
Karena saya takut hehehehe
Takut disuntik?
Bukan, sejujurnya saya tidak takut disuntik.
Saya merasa ragu dan tidak yakin, dan tidak nyaman juga untuk divaksin.
Jadi kenapa akhirnya divaksin?
Karena lingkungan tempat baru saya ini membuat saya merasa saya harus menerima vaksin.
Apakah seperti dipaksa..?
Yah... bisa dikatakan seperti.
Siapa yang paksa?
Tidak ada, tapi perasaan saya untuk vaksin itu seperti terpaksa.
Jadi beberapa hari setelah saya hijrah ke Denpasar, saya membaca sesuatu di media informasi lokal tentang himbauan untuk vaksin ini. Saya tak ingat lagi apa tepatnya bunyi dari tulisan tersebut. Tetapi sejak saat itu perasaan saya pun meragu tentang keputusan saya untuk tidak mau divaksin.
Setelah berdiskusi dengan pak suami, akhirnya diputuskan kalau saya divaksin saja.
Kemudian mendaftar secara online ke Rumah Sakit Sanglah di Denpasar.
Sumber foto: Rakyat Merdeka |
Beberapa kali mendaftar, selalu gagal karena kuota vaksinasi dibeberapa hari tersebut selalu penuh. Pendaftaran selalu untuk untuk dua hari ke depan dari tanggal kita mendaftar. Jadi hampir tiap hari saya mencoba mendaftarkan diri untuk divaksinasi, dan selalu tidak dapat jadwal.
Iseng saya mencoba mendaftar pagi setelah sholat subuh di hari Jumat. Alhamdulillah saya dapat kuota di hari Seninnya, 5 Juli 2021 di jam 12 - 13 wita.
Setengah jam sebelum pukul 12 di hari senin, saya pun pergi ke Rumah Sakit Sanglah dengan diantar oleh suami tercinta.
Ternyata Rumah Sakit Sanglah letaknya lebih jauh dari perkiraan saya. Walaupun tidak telat. Yup, ini pertama kalinya saya ke Rumah Sakit Sanglah.
Setelah dua kali bertanya pada perawat RS Sanglah tersebut, kami pun akhirnya menemukan di mana gedung yang digunakan untuk vaksinasi.
Lumayan juga, vaksinasi dilaksanakan di lantai 3. Dan kami ke lantai 3 dengan tangga. Pak suami tak mau repot mencari di mana letak lift. Jadilah istrinya yang cantik tak terkira ini ngos-ngosan macam nak pingsan sesampainya di lantai 3.
Setelah melaporkan bukti pendaftaran online ke petugas, kami pun di suruh menunggu, yang akan dipanggil ketika tiba giliran nanti.
Sambil menunggu, saya pun mulai mengobservasi sekitar. Lumayan banyak orang yang akan bervaksin. Kebanyakan adalah kalangan muda. Yang berusia lanjut hanya beberapa orang saja. Petugasnya ada sekitar 7 orang yang tertangkap pandangan mata di ruang tunggu ini. mereka duduk di meja masing-masing. Eh, kok duduk di meja ya, gak sopan. Mereka duduk di kursinya masing-masing, di depannya ada meja.
Tempat menunggu adalah outdoor alias tempat terbuka. Tapi tempat kita divaksinnya ada di dalam ruangan. Tingkah laku petugaspun bermacam-macam. Ada yang ramah, ada yang ketus, ada yang jutek hehe...
Suasana antrian vaksin COVID-19 di RS Sanglah - Denpasar |
Kok bisa tau mereka jutek dan ketus?
Karena saya melihat ketika ada yang bertanya kepada dua orang dari mereka, mereka menjawabnya dengan ketus dan jutek. Tapi Alhamdulillah, petugas yang melayani saya, kan ada 3 orang, yang 2 orang baik dan ramah, yang 1 orang rada jutek.
Saya menunggu dipanggil itu lebih dari 30 menit. Saya masuk ke ruangan, petugas memastikan identitas saya apakah sudah benar, terus diperiksa tekanan darah, kemudian menandatangani sesuatu, yang rasanya tidak diberi kesempatan kepada saya untuk membacanya. Kenapa ya? Saya pun tak ingat untuk bertanya apa yang saya tandatangani itu, haizzz.... Padahal pesan orang tua, kalau mau menandatangani sesuatu itu, harus dibaca dulu. Jadi kalau ada hal-hal yang kurang pas atau kurang dipahami kan bisa dibahas dulu (tepok jidat).
Terus saya pindah duduk ke petugas sebelah, dan juzzzzzz saya pun langsung divaksin di lengan sebelah kiri.
Sakit?
Sedikit... lebih sakit kalau digigit semut. Tapi saya bukan orang yang takut dengan jarum suntik. Pengalaman hamil dua anak, tiap malam perut saya disuntik selama berbulan-bulan selama hamil membuat saya kebal akan ketakutan terhadap jarum suntik.
Bisa baca pengalaman saya itu di Tabungan Surgaku
Setelah divaksin saya dipersilahkan menunggu kembali untuk mendapatkan surat keterangan bahwasannya saya telah menerima vaksin yang pertama.
Saya rasa sekitar 15 menit saya menunggu dan kemudian dipanggil untuk mengambil surat bukti vaksinasi saya yang pertama ini.
Dan saya dipersilahkan datang lagi untuk vaksin yang kedua di awal Bulan Agustus 2021 nanti.
Petugas menjelaskan agar surat keterangan vaksinasi tersebut saya bawa lagi ketika vaksin kedua, dimanapun saya akan bervaksin nanti. Tak soal jika ternyata saya tidak akan bervaksin di Rumah Sakit Sanglah lagi. Tapi sepertinya saya akan bervaksin di sana lagi.
Jika teman-teman ingin tahu soal vaksin-vaksin COVID-19 yang masuk ke Indonesia, bisa dibaca di tulisan saya yang ini: Cerita 5 Macam Vaksin Korona
Oh iya.. apakah saya ada efek di badan setelah vaksinasi?
Hmm.. gak ada sih. Saya merasa biasa-biasa saja di H+1 ini.
Demikian cerita saya kali ini..
Salam
Semoga sehat selalu ya. vaksin sebuah ikhtiar kita sebagai manusia. Hasilnya, kita serahkan kepada Tuhan YME
BalasHapusBaca ini jadi semangat ikhtiar mencari tempat untuk vaksin nih mbak, karena akupun baru pindahan. Sehat-sehat selalu mbak :)
BalasHapusAlhamdulillah ya kak sudah divaksin, di tempat saya minim info ttg vaksin ini
BalasHapusSemoga saja di tempat saya segera ada vaksin biar keluarga terlindungi dengan baik
HapusDi Denpasar mah sekarang udah bisa vaksin umum di rumah sakit ya mba. Saya baca itu di RS Puri Bunda, tempat saya suka bawa anak kalo sakit sudah tersedia. Senang sekali kalo tinggal di sana.
BalasHapusSoal logat, orang Bali memang terkesan ketus mba. Tapi sesungguhnya itu cuma gaya bicaranya doang. Saya dulu juga gitu. Saya kira dia marah-marah, ternyata emang logatnya begitu. Kayak orang Minang juga sekilas logatnya.
Syukurlah mba sudah mulai divaksin. Sehat selalu Mba Vivi.
Alhamdulillah senangnya gak ada keluhan saat vaksin pertama ini ya kak. Semoga nanti vaksin kedua juga gak ada keluhan ya kak..
BalasHapusAamiin..
Alhamdulillah kak vivi gak ada efek apa² divaksin ya Kak .. semoga sehat selalu di sana ..btw pas kali lah ya Kak .. stay di Bali could practice your English everyday ya...
BalasHapusIya ya kak.. segmen ngenglish bakalan penuh nih..
HapusKak.. buat segmen Bali juga kak. Biar kita tau hal apa yang unik dan berbeda di sana dari Medan.
Saya belum vaksin. Huhuhu.. Mungkin efek di rumah terus jadinya nggak terpikirkan. Padahal, harus mulai action nih..
BalasHapusWah enak ya kak, gak ada efeknya, beberapa teman katanya merasa begitu. Aku sendiri masih belum kemarin mau Vaksin tetiba pilek jadi undur lagi deh. Btw, enaknya ya bisa keliling Indonesia :)
BalasHapusAlhamdulillah selamat ya mba sudah mendukung penuh program Pemerintah. Mudah-mudahan selalu sehat. Saya juga otw nungguin dosis kedua nihh. Alhamdulillah ngga ada efeknya juga, bersyukur banget pokoknya
BalasHapusİkutan vaksin karena diwajibin sama tempat kerjaan hehe. Rasa vaksin yang pertama, ringan juga efeknya kayak nyeri di lengan, agak berat buat gerak alhamdulillah. Baru kalau vaksin kedua efeknya banyak banget.....
BalasHapusmba zila sudah vaksin kedua ya...
Hapuswah..
apa efeknya mba... critain dunk
HapusSaya sudah vaksin juga, mbak dosis pertama
BalasHapusSaya yakin vaksin, karena pengalaman Mbak dan suaminya di Kediri sudah vaksin sejak Maret. Anak mereka Nakes...Akhirnya Juni, Qadarullah positif bertiga. Anaknya isoman di rumah gejala ringan
Mbak dan suami gejala sedang di RS sepuluh hari
Mbak saya 56 tahun survivor kanker, suami lansia 63 tahun komorbid penyakit beberapa. Alhamdulillah sudah vaksin jadi pas kena ga parah
Nanti cerita vaksin keduanya bagikan lagi dalam bentuk blogpost yaa Kak Vivi... senang deh baca-baca cerita dari kak vivi ada lucu2nya bikin senyuuu, ^^ matur suksma Kak Vi....
BalasHapusentah kenapa masih ada rasa takut buat di vaksin, :') bukan krna berita tentang vaksinnya yg jelek2 tpi krna takut sama jarung suntiknya kak.. ^^))
BalasHapus