Cerita Kondangan Perdanaku di Tempat yang Baru

Assalamu'alaikum wr wb

Nah, hari ini (jumat 20 September 2024) aku menghadiri undangan pertamaku pasca hijrah. Undangan khitan. Aku diberi undangan seminggu yang lalu. Suamiku juga diberi undangan yang sama. Untuk acara yang sama. Tapi undangan beliau khusus buat bapak-bapak di malam hari, walimahan, ada pengajian dan doa katanya. 

Aku menghadirinya bersama ibu mertuaku di pagi hari sekitar jam 8. Aku heran juga apa gak kepagian yak... Tapi ya aku ikut-ikut aja lah. Mertuaku lebih expert soal beginian ye kan. Tidak lupa mandi dulu, dandan dikit, biar cantik. Pakai baju bagusan dikit, tapi aku ga pake baju adat lho, malu hihi. Dan pas aku keluar, jreng jreng.... Mertuaku cuma pake daster dan jilbab rumahan. Duhhh aku jadi takut salah kostum. Kekmana ini, mau ganti baju lagi aku malu sama mertua, nanti beliau jadi nunggu lagi. Dah lah hajar aja, berangkaaatttt... 

Tempat acaranya gak jauh. Kami berdua juga jalan kaki lewat jalan-jalan potong, gang-gang kecil, lewat dapur rumah orang, gang senggol, dan tetiba dah sampai saja di TKP, ajaib pikirku. 

Tempat acara sepi, tiada tamu seorangpun. Bener-bener tiada kawan tiada lawan. Memang kami berdua lah tamu pertama di acara khitan tersebut. 

Setelah mengucapkan salam, dijawab sama ahli bait, dipersilahkan masuk dan duduk dan beramah-tamah.  Kemudian kami disuguhi minuman teh manis hangat dan beberapa kue dalam toples serta dua piring kue; nagasari dan entah apa satu lagi namanya, tepung ketan isi gula merah yang juga dibungkus daun pisang. 

Aku makan satu nagasarinya dan minum teh manisnya. Mertuaku juga begitu. 

Aku merasa bukan seperti kondangan 🤔 tapi lebih seperti berlebaran. Ada kue-kue dan minuman. Bedanya kita sebagai tamu kasi salam tempel atau angpao ke yang punya hajatan. Boleh kasi ke anak yang dikhitan atau ke ibunya. 

Kami berada di tempat acara tak lebih dari 10 menit. Ketika pamit pulang kami dibekali nasi berkat. Isinya 1 porsi nasi yang banyak banget menurutku. Serta lauknya berupa bihun goreng, telur rebus yang belum dikupas kulitnya, sepotong ayam goreng dan megono. Kapan-kapan tak ceritain soal megono ya. 

Temen nasi, dibungkus dengan daun pisang, terpisah dari nasi

Nasi dibungkus daun pisang

Dan sepertinya bakal ada dangdutan sih. Soalnya aku lihat selain ada tenda khas orang resepsi acara, bakalan ada panggung juga. 

Jadi ingat. Waktu aku baru beberapa hari hijrah ke Pekalongan sini, pas depan rumahku juga bikin dangdutan dalam rangka khitan anaknya. Aku belum diundang karena baru pindah kali ya (menghibur diri karena tak diundang 😁).

Mertuaku diundang. Nah, pas dangdutan, itu speakernya pas ke depan jendela kamarku. Ya Allah, rumah kami rasa bergetar. Kaca jendela kamarku juga retak. Berapa oktaf suara yang dihasilkan si pedangdut melalui speakernya itu. Ck ck ck. Dan acaranya 7 hari 7 malam. Macam di dongeng-dongeng legenda kurasa da. 

Sudah begitu saja cerita kondangannya. Unik sih menurutku. Gak perlu heboh-heboh berdandan kek di Medan. 

8 komentar:

  1. Wah, budaya dangdutan saat hajat ini memang sudah mengakar kuat di masyarakat. Saya juga pernah mengalami. Ketika anak bungsu masih usia 5 bulan, tetangga nikahan. Dangdutannya sampe bikin anak gak bisa tidur dan bikin gendang telinga sakit. Apalagi jika posisi kita rebahan, gak kebayang dengan kondisi anak. Akhirnya, kami ngungsi ke hotel terdekat sampai acara selesai.

    BalasHapus
  2. Yg dibawa pulang ini, kalau di kampungku, namanya nasi berkat. Emang begitu tradisi khitannya mba. Di Sumatra kah ini? Apa di Jawa?

    BalasHapus
  3. Ternyata di pekalongan kalo undangan khitan dibedain ya kak. Kalo undangan kawinan gmn kak?pagi juga atau kayak di medan?

    BalasHapus
  4. Wah jadi kangen nasi berkat..di Kediri sudah jarang ..kalau di Jakarta malah kondangan ga ada dibawain apa-apa.

    Wah sudah hijrah ke Pekalongan ya Kak Vivi. Semoga sehat dan sukses di sana ya

    BalasHapus
  5. Kalau di Medan masih berkat seringnya ayam semur ataupun rendang daging ya Kak. Ditambah sama mi hun nggak ketinggalan

    BalasHapus
  6. yang dibawa pulang kalau di tempat saya namana pamulang mba, dan biasanya kalau khiatanan memang di tempats aya juga jarang pada makan berat, biasanya di tempat yang punya hajatan hanya makan kue-kue saja dan minum, nasi beratnya dibawa pulang, ga kebayang sepinya gimana keundangan paling duluan masih sepi ya

    BalasHapus
  7. Wah boleh di spill hijrahnya ke daerah mana mba😄 tapi kayaknya hampir keadaan tiap rumah kalo ada hajatan pasti menggelegar soundnya tapi ya hanya di jam acara itu saja

    BalasHapus
  8. Seru juga ya mba, menghadiri kondangan di daerah yang baru kita tinggali. Pastinya beda budaya sehingga awal pasti canggung. lama kelamaan mungkin sudah terbiasa

    BalasHapus