Ini adalah ceritaku..
Bukan cerita si Aline ya, tapi cerita outhornya Aline.
Akhir tahun 2024 yang lalu, di Bulan Desember, aku dinyatakan dokter memiliki penyakit batu empedu yang batunya sudah lumayan besar, 2,5 cm diameternya.
Awalnya aku merasa sakit di ulu hati, perut berasa kembung, banyak anginnya, seperti asam lambung gitu. Aku pikir sakit magh-ku kambuh.
Dipagi hari sebelum magh-ku itu kambuh, aku minum air hangat dengan cuka apel dan madu sebelum sarapan, dan aku beserta keluarga pergi jalan-jalan ke Kota Semarang. Pagi itu aku cukup sehat. Tetapi ketika siang menjelang sore, aku mulai merasa bahwa asam lambungku mau kambuh. Jalan-jalannya udah berasa kurang asik karena aku merasa sakit.
Kami tiba di rumah lagi di malam hari, sekitar jam delapan malam. Perutku rasanya sudah gak karu-karuan. Aku kesakitan. Sudah minum obat magh, sudah muntah, tapi tidak juga merasa baikan. Padahal biasanya kalau sudah muntah itu, akan lega rasanya.
Akhirnya suamiku mengajakku untuk ke rumah sakit saja. Dan pergilah kami ke IGD suatu rumah sakit di kotaku. Rumah sakit Budi Rahayu namanya. Ketika itu pasien di IGD RS Budi Rahayu lumayan ramai.
Setelah diperiksa dan diobservasi, aku harus dirawat inap. Tapi semua kamar penuh. Aku disarankan ke RS lain.
Aku dan suamiku pun mencari rumah sakit lain. Kami pilih RS Hermina. Setelah masuk ke IGD, diperiksa oleh dokter jaga, dan dicarikan kamar, dipilihkan dokter spesialis penyakit dalam, aku pun mulai dirawat inap mulai malam itu.
Keesokan harinya, dipagi hari, Dokter Ibnu, nama dokter spesialis penyakit dalamku, mulai periksa-periksa, ketika beliau memegang perutku, aku kesakitan. Dokter pun meminta perawat untuk melakukan tindakan USG padaku, untuk mengetahui masalah di perutku.
Dan USGnya tidak dapat dilakukan di RS Hermina, karena RS ini tidak punya alatnya. Dengan naik ambulans, aku pun melakukan tindakan USG di rumah sakit semula, yaitu RS Budi Rahayu. Di situlah aku ditunjukkan melalui layar USG bahwa aku punya batu empedu yang sudah lumayan besar, 2,5 centimeter.
Kembali lagi ke RS Hermina. Dikeesokan harinya, dokter menjelaskan mengenai penyakit batu empedu ini.
Penyakit batu empedu adalah kondisi di mana terbentuknya batu-batu kecil di dalam kantung empedu, yang merupakan organ yang berfungsi menyimpan empedu yang dihasilkan oleh hati. Batu empedu dapat menyebabkan nyeri, inflamasi, dan infeksi pada kantung empedu.
Tapi batu empeduku sudah tidak kecil lagi, sudah sebesar 2,5 cm diameternya.
Aku bertanya ke Dokter Ibnu, apa penyebab adanya batu empedu. Beliau mengatakan, itu karena apa yang dimakan oleh seseorang. Makan gorengan, makanan bersantan, makanan berlemak, jeroan, menjadi salah satu penyebab sehingga terbentuknya batu empedu.
Kalau kata mbah gugel sih, Penyebab Penyakit Batu Empedu itu adalah:
1. Kolesterol tinggi dalam empedu
2. Kurangnya asam empedu dalam empedu
3. Infeksi pada kantung empedu
4. Gangguan pada kantung empedu
5. Faktor genetik
Kantung empeduku sendiri sudah infeksi.
Lalu Dokter Ibnu merujuk aku ke dokter bedah untuk konsultasi lebih lanjut. Menginat batu empedu ku sudah lumayan besar, sangat disarankan untuk segera dikeluarkan atau dioperasi. Dokter bedah yang direkomendasikan oleh Dokter Ibnu adalah dokter bedah yang bertugas di RS Hermina itu juga. Tapi aku harus mengambil surat rujukan dari klinik faskes ku dulu agar dapat menggunakan fasilitas BPJS.
Selain itu, aku juga mencari sebanyak-banyaknya info mengenai batu empedu dan tindakan operasi untuk mengangkat batu empedu tersebut. Salah satu teknik operasi pengangkatan batu empedu adalah operasi laparoskopi.
Operasi laparoskopi adalah prosedur pembedahan yang menggunakan teknik minimal invasif untuk melakukan operasi di dalam perut atau rongga perut. Prosedur ini juga dikenal sebagai operasi "lubang kunci" karena hanya memerlukan beberapa lubang kecil di kulit untuk memasukkan alat-alat pembedahan.Aku sempat bertanya kepada Dokter Ibnu, apakah Operasi Laparoskopi dapat dilakukan di RS Hermina atau di RS sakit di kota yang aku tinggali ini. Dokter Ibnu bilang tidak bisa. Operasi itu belum ada di kota kami, aku harus ke RS di Semarang untuk melakukan tindakan laparoskopi. Wah repot juga menurutku.
![]() |
Kiri: empeduku, kanan: batu-batunya |
Dokter Widya malah merekomendasikan kepadaku dokter bedah yang berbeda dari yang direkomendasikan oleh Dokter Ibnu. Dan aku memilih Dokter Uddy, dokter bedah yang direkomendasikan oleh Dokter Widya. Karena Dokter Uddy ini pernah menangani Almh. neneknya suamiku yang terkena kanker beberapa tahun lalu.
Tak berlama-lama, esok harinya aku dan suami pun pergi untuk konsultasi batu empedu ke RS Bendan, RS pemerintah, tempat Dokter Uddy di Poliknikin Bedah Umum, dengan membawa hasil USG dari RS Hermina.
Dokter Uddy mengatakan bahwa, batu empedu ku memang harus dioperasi, tapi tidak perlu buru-buru. Wah aku senang sekali mendengarnya,'tidak perlu buru-buru.' Lagipula dokter tidak bisa mengoperasi aku hanya dengan data hasil USG saja. Beliau lalu memberikan surat pengantar agar aku menjalani pemeriksaan darah dan urine, si RS itu juga, dan saat itu juga setelah konsultasi selesai.
Aku juga bertanya mengenai operasi laparoskopi. Menurut Dokter Uddy, di RS Bendan itu sendiri sudah bisa melakukan tindakan operasi laparoskopi, tidak perlu ke Semarang. Dan yang paling penting operasi laparoskopinya ditanggung BPJS.
Aku senang. Karena pas aku cari-cari diinternet berapa biaya operasi laparoskopi ini. Cukup mahal jika tidak dicover BPJS. Sekitar 60 - 70 juta.
Setelah konsultasi selesai, kami pun pergi ke laboratorium RS untuk melakukan test darah dan urine. Gak lama sih testnya berlangsung. Hanya lima menit, darahku dan urin ku diambil, setelah itu aku diperbolehkan pulang. Hasil test akan dikirim via watsapp ke nomorkku dan juga ke Dokter Uddy di sore hari.
Di sore harinya, menjelang maghrib, hasil test lab pun terkirim ke nomer watsapp suamiku. Hasilnya menyatakan jika HBku hanya 7 eh atau 6 ya, aku lupa. Dokter meminta agar aku segera ke IGD RS Bendan agar bisa dirawat.
Ya Allah. Padahal aku merasa gak kenapa-napa. Apa ini test gak salah ya, pikirku.
Selepas sholat maghrib, diantar oleh suami, kakak ipar dan para adik ipar, kami ramai-ramai ke IGD hehe. Rumah kami memang lagi rame, karena itu pas libur natal dan tahun baru, para ipar dan ponakan datang ke rumah mau liburan bareng. Tapi apa daya, akunya kok harus dirawat.
Di mobil pun kami masih bercanda-canda. Di IGD aja perawatnya rada takjub melihat kondisiku, karena katanya kalau HB itu sudah 6 seperti aku, aku pasti sudah lemas gak bisa berdiri.
Ketika dokter Uddy visite ke ruanganku diesok harinya, suamiku tanya, gak salah diagnosa kan dokter, soalnya aku terlihat biasa-biasa saja, tak terlihat sakit. Dokter bilang, kalau ragu kita akan test ulang darahnya, dan coba perhatikan telapak tangan kita masing-masing, akan berbeda. telapak tangan suamiku dan Dokter Uddy, putih dan kemerahan, itu HB normal, Telapak tanganku putih pucat tidak ada kemerahan, pertanda HB rendah.
Sejak itu, aku jadi sering perhatiin telapan tangan sendiri, kemerahan atau tidak.
Aku rawat inap 4 malam. Mendapatkan transfusi darah 3 kantong. Aku aja ngeri melihat kantong-kantong darah yang diinfuskan ke tanganku.
Setelah diperbolehkan pulang dari RS, aku diberi surat kontrol untuk minggu depan.
Minggu depannya, aku pun datang lagi ke Poly Dokter Uddy. Begitu kami duduk di hadapan dokter, dokter langsung bertanya, "Jadi kapan mba Vivi mau dioperasinya?"
WHAT?????
"Kan dokter bilang operasinya tidak usah buru-buru" protesku.
"Tidak buru-buru bukan berarti tidak dioperasi" kata dokter.
Ya Allah... Aku shock. Karena aku pikir, bisa tidak usah dioperasi. hiks...
Aku bilang bulan juni aja gimana dokter? Juni 2025.
"Wah lama banget" kata Dokter Uddy. "Lebih baik dioperasi ketika Mba Vivi masih sehat kayak gini, jadi masa pemulihannya juga bisa lebih cepat. Kalau dilama-lamain operasinya, takutnya kondisi badan jadi drop. Kalau sudah drop, pemulihan akan memakan waktu lebih lama" lanjut Dokter Uddy.
Aku pun takut mendengarnya.
Dokter Uddy memberikan aku waktu untuk berfikir. Kapan aku mau dioperasi, kata beliau sebaiknya jangan lama-lama. Aku diberi waktu seminggu, sampai kontrol selanjutnya.
Sempat terfikir, aku ingin menggunakan obat herbal saja, seperti obat-obat cina, dan lainnya. Tapi saran dari temanku, jika batunya sudah sebesar itu, lebih baik aku dioperasi saja. Kalau menggunakan obat herbal, takutnya batu empedu yang besar itu akan pecah di dalam perutku menjadi batu-batu kecil. Batu-batu itu akan keluar ketika buang air kecil, dan sakitnya sebelas dua belas dengan sakit melahirkan. Dan juga tidak dapat diprediksi kapan batu itu akan hancur dan akan keluar.
Mengingat tidak tahu akan berapa lama aku harus minum obat, dan aku memang malas untuk minum obat lama-lama, dan kepastian kesembuhannya pun tidak ada yang tau. Dan setelah bertukar fikiran dengan suami, sholat istikharah, akhirnya aku putuskan untuk dioperasi saja.
Aku konsultasi lagi seminggu kemudian. Dan aku bilang aku dioperasi saja. Malam itu juga aku diminta dokter masuk IGD, agar bisa dirawat inap. Besoknya Hari Rabu tanggal 15 Januari 2025 aku akan dioperasi jam 10 pagi.
Cara Kerja Operasi Laparoskopi
- Anestesi: Pasien akan diberikan anestesi umum untuk membuatnya tidak merasakan sakit selama operasi.
- Pembuatan lubang: Dokter bedah akan membuat beberapa lubang kecil di kulit perut, biasanya sekitar 3-4 lubang.
- Pemasangan laparoskop: Alat laparoskop, yang merupakan tabung fleksibel dengan kamera dan sumber cahaya di ujungnya, akan dimasukkan melalui salah satu lubang.
- Pengamatan: Dokter bedah akan mengamati interior perut melalui kamera laparoskop dan melakukan operasi yang diperlukan.
- Pemasangan alat-alat pembedahan: Alat-alat pembedahan lainnya, seperti forsep dan gunting, akan dimasukkan melalui lubang-lubang lainnya.
- Penutupan lubang: Setelah operasi selesai, lubang-lubang akan ditutup dengan jahitan atau plester.
Kelebihan Operasi Laparoskopi
1. Waktu pemulihan lebih cepat
2. Nyeri pasca operasi lebih ringan
3. Luka operasi lebih kecil
4. Risiko infeksi lebih rendah
5. Biaya operasi lebih rendah
Operasi apa saja yang bisa menggunakan teknik Operasi Laparoskopi:
1. Operasi gallbladder (kantung empedu)
2. Operasi usus buntu
3. Operasi hernia
4. Operasi kista ovarium
5. Operasi tumor perut
Namun, perlu diingat bahwa operasi laparoskopi tidak cocok untuk semua kasus dan harus dilakukan oleh dokter bedah yang berpengalaman.
Ketika Dokter Uddy mengetahui bahwa aku pernah operasi cesar, beliau memperingatkanku, bahwa kemungkinan laparoskopinya tidak berhasil itu ada dikarenakan aku pernah operasi cesar. Karena biasanya akan muncul jaringan baru yang membuat batu empedu tersebut jadi lebih melekat ke kantung empedu dan akan susah ditarik dengan metode laparoskopi.
Jika batu susah ditarik dengan laparoskopi, maka operasi terbuka harus dilakukan.
Bagaimana mengetahui batu empedunya lengket atau tidak? Tidak akan tahu sampai kamera dari laparoskopi masuk ke batu empedu. Aku hanya bisa inhale exhale. Kok jadi makin menakutkan ya.
Jam 10 pagi aku sudah tiba di ruang operasi Ruang operasinya dingin sekali. Baju operasi yang kukenakan tipis lagi. Sama seperti ketika cesar dulu. Tanganku diikat terentang kiri dan kanan, berasa disalib aku tu. kaki juga diikat. Tirai juga dipasang di atas dadaku. Agar aku tidak melihat apa yang akan dilakukan tim dokter pada perutku, padahal aku kan dibius yak, gak sadar gitu.
Ahli anastesi memberi aba-aba bahwa bius akan segera disuntikkan. Pandanganku kabur, aku mengedip dua atau tiga kali, dan aku pun terbius, tanpa melihat Dokter Uddy di ruangan tersebut.
Aku pun tersadar saat sudah berada di ruanganku lagi. Tanganku kiri dan kanan terpasang infus. Salah satunya transfusi darah lagi. Sudah habis tiga kantong katanya. Operasiku berjalan selama 5 jam, dari jam 10 pagi sampai jam 3 siang. Aku tersadar jam 8 malam. Suamiku sudah takut kenapa aku lama sekali sadarnya.
Seperti dokter bilang sebelumnya, laparoskopiku gagal. Jadinya dokter melakukan operasi terbuka. Jadi luka operasiku ada banyak. 3 lubang laparoskopi, 1 lubang untuk selang ke lambung, dan satu luka sayatan panjang dari operasi terbuka.
Selang ke hidungku juga dipasang. Selang ini masuk dari hidung ke lambung. Aku makan dari selang. Awalnya aku dikasi susu untuk makanku, dengan sonde. Tapi aku menolak. Plis jangan susu. Sedangkan pas aku sehat, aku bisa muntah mencium bau susu, apalagi ketika aku sakit begini. Pasca operasi aja aku udah muntah berkali-kali. Akhirnya aku diberikan jus buah setelah konsul ke Dokter Uddy. Jusnya dimasukkan dengan sonde. Melalui hidung tadi. Aneh. Makan tapi berasa gak makan. Tercium aroma buah yang enak di hidung tapi di tenggorokan gak berasa apa-apa. Terkahir kuminum juga jus buahnya.
Perawat udah protes, supaya jangan kuminum. Kalau tersedak malah berabe. Syukurnya sondenya cepat dilepas. Jadi aku bisa makan dengan biasa.
Trus selang dari hidung ke lambung bisa diubah arah, dari lambung ke pembuangan di bawah tempat tidur lewat melalui hidungku.
Karena aku muntah terus, perawatnya membalik arah selang sondenya. Jadi aku agak terhibur melihat sisa-sisa makananku lewat di bawah mataku dari lambung ke kantung di bawah tempat tidurku. Agak menjijikkan, seperti lumut banyak yang lewat. Kalo seperti eek gada yang lewat, itu lewatnya di sungai kawkwkwkwkw. Dan aku jadi gak muntah lagi.Tensiku tinggi lagi. 216. Yang agak nyebelin mereka gak terlalu panik sama tensiku. Akhirnya kuminum sendiri obatku yang biasa walaupun dilarang, katanya tunggu instruksi penyakit dalam. Tapi seharian tidak ada tindakan apapun untuk darah tinggiku, kuminum obatku sendiri, alhamdulillah turun ke 190. Dua hari begitu, dicuekin darah tinggiku. Padahal Dokter Uddy sudah memperbolehkanku pulang diHari Minggu. Tapi aku gak mau pulang sebelum mereka turunkan tensiku.
Akhirnya ada alat infus yang berbentuk suntikan yang injeksinya disuntikkan pelan-pelan dengan alat itu, yang membuat tensiku turun pelan-pelan. Suntiknya cukup besar. Menghabiskan 2 suntikan hingga tensiku turun ke 150, sehari semalam juga 2 suntikan itu masuk melalui infus.
Saat menulis ini aku sudah sembuh. Alhamdulillah. Walaupun aku masih tersugesti dengan bekas luka operasiku. Sering ngilu, jika ingin mengubah posisi duduk ke berdiri, tiduran ke duduk, aku masih memegang perutku. Tapi sekarang semua baik-baik saja.
Ahli gizi di RS bilang aku harus jaga makanan, tidak boleh makan makanan berminyak, bersantan, goreng-gorengan. Karena bisa jadi batu empedunya akan timbul lagi.
MASAK SIH? AKU KOK GAK PERCAYA.
Ketika kontrol ke Dokter Uddy, aku tanya dong. Apa iya batu empedu bisa muncul lagi ?
Dokter menyanggah. "Ya nggaklah! Mau dimana itu batu berada? kan Mba Vivi kantong empedunya sudah tak ambil". Dan kami pun tertawa.
Aku pulang dari RS Hari Senin, Hari minggunya berikutnya dengan luka operasi yang masih diperban semua, aku jalan-jalan ke gunung hujan-hujan dan tertaih-tatih, jalan pelan-pelan karena menuju suatu cafe estetik di bukit yang agak mendaki.
Aku perempuan yang kuat atau perempuan yang bebal? 😉
Sekianlah ceritanya. Panjang banget dah ah... Kalo banyak typo nya harap maklum. Aku lagi maleus ngeditnya.
Ternyata gejala awalnya mirip asam lambung, seperti nyeri ulu hati dan perut kembung. Setelah pemeriksaan USG, dokter menyarankan operasi pengangkatan batu empedu. Perlu mempertimbangkan metode laparoskopi, namun fasilitas tersebut tidak tersedia di kotanya.
BalasHapusAlhamdulillah dah senang lega juga sekarang udah baikan ya...
BalasHapusYuk perbanyak jalan-jalan ke gunung, eh...
Hihi...
Tapi ya gak usah hujan-hujanan juga...
Gak nyangka sakit apapun kalah demi bisa sampai di cafe estetik di bukit ya... Hehe
Kwkwkwkwkwk diajak sih, ya ikut gituh hihi
HapusDuh, bergidik membacanya, Kak .... besar juga sudah 2,5 cm ... ada benda asing seperti itu di dalam tubuh pasti rasanya ga enak. Semoga sehat selalu ya, Kak.
BalasHapusYa Allah Kak, pantesan kakak pikir awalnya. Naik asam lambungnya. Kan empedu memang dekat lambung ya. Terus kak, apa memang benar kakak sebelumnya emang kebanyakan makan gorengan dan yang bersantan-santan?
BalasHapusJadi teringat deh kak, teman Henny juga ada yang kena batu empedu juga. Kayaknya baru kemarin dia ngepost penampakan batu empedu dalam botol. Eh, sekarang ini kak Vivi juga kenak. Peluk dari jauh kak. Semoga kakak sehat selalu dan selalu ingat untuk makan, makanan yang sehat
BalasHapusKak, kalo kantong empedu diangkat, lalu apakah efek yang kakak rasakan?
BalasHapusItu aja sih yang awak bingung. Hehe
Ga ada efek apa2.
HapusKatanya bakalan mudah mencr*t karena penyatingan gada lagi. Tapi Alhamdulillah awak gapapa
Ya Allah Kak, aku malah kebayang nyerinya selepas operasi. Nah lho, gorengan sama santan nih yang suka susah ditolak sama lidah. Apalagi kalau jelang Ramadan begini, jadwal menu berbuka sudah berderet tuh sama impian indah untuk makan yang kriuk berminyak dan yang gurih bersantan.
BalasHapusSemoga selanjutnya sehat-sehat terus ya Kak Vivi.
Anakku pernah tindakan laparoskopi usus buntu....ini kak Vivi gagal laparoskopi batu empedu akhirnya operasi terbuka, hiks bacanya ikut ngilu saya. Semoga kini sudah makin membaik ya kondisinya, sehat selalu biar kalau mau ngafe bisa lari enggak jalan tertatih-tatih lagi:)
BalasHapus